Safri Zainudin Bugis

Jendela Rindu Kutitip puisi pada semilir angin pagi semoga kau mendengarkannya dalam bisiknya saat menyelinap di sela jendela. Dalam puisi aku sediakan kau tempat;  yang bahkan lebih lapang dari dunia,  luas tak berbatas serupa langit. Sesekali, kutuliskan nama cinta selain milikmu,  pada puisi kerinduan;  sebab aku rindu cemberutmu memendam cemburu. Bahkan, dalam keramaian yang paling riuh,  selalu dapat kudengar jendela kenangan,  yang terayun-ayun angin rindu. Setelah itu hanya bayanganmu  yang berani bertandang ke ingatanku,  menggigil di depan jendelanya. Pagi, 08 Desember 2020

Menari Bersama Senja Di setiap sorenya Senja akan pergi mengakhiri tugasnya Maka rinduku akan terbungkus oleh malam bersama gelapnya Hanya panjatan doa yang bisa menemani rembulan bersama cahayanya Sore telah mengajariku Bahwa keindahan tak selamanya abadi Malam pun membimbingku Bahwa gelap tak sepenuhnya menakuti Bersama senja aku menari Merebut kebahagiaan yang sebentar lagi hilang Bersama gelap aku meratapi Menasehati diri yang kelak akan pulang Sore bersama senja adalah sebuah keindahan Menari bersama doa dan rinduku adalah sebuah pilihan Malam dengan gelapnya adalah jalan renungan Meratapi dan menasehati adalah sebuah keagungan Sore, 05 Desember 2020

Doa dan Rinduku Doa dan rinduku Selalu terbit mendahului mentari Agar mereka salin menyapa Selamat pagi kekasih ! Kau tak rindu ? Sini peluk... Doa dan rinduku Sengaja hadir diawal waktu Mendahului mentari untuk menyapa Sebab mereka tak mau Doa dan rinduku hilang karena datangnya menteri Doa dan Rinduku Masih sama mendahului mentari Mengucap syukur karena pertemuan Salin menyapa adalah kerinduan Salin peluk adalah panjatan doa Doa dan Rinduku Kini aku menantimu di esok pagi Menyapamu sebelum tersapu Sebab telah ku titipkan pada senja Untuk membawamu di esok pagi yang berbeda Pagi, 04 Desember 2020